This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 14 Agustus 2011

Nama Lokal=Nama Latin Hewan


Bagi orang awam nama latin atau nama ilmiah hewan mungkin sangat asing karena kurangnya pengetahuan akan nama-nama ilmiah hewan yang dimaksud tersebut. Namun bagi orang yang biologi atau zoologi pasti tahu dan mengenalnya. 
Berikut kami sajikan adalah daftar nama-nama ilmiah hewan yang berhasil kami himpun, untuk sekedar berbagi informasi dan sebagai penambah pengetahuan bagi yang belum tahu akan nama ilmiah hewan. Semoga bisa bermanfaat.
I. MAMALIA (Menyusui)
  1. Anoa depressicornis Anoa dataran rendah, Kerbau pendek

  2. Anoa quarlesi Anoa pegunungan

  3. Arctictis binturong Binturung

  4. Arctonyx collaris Pulusan

  5. Babyrousa babyrussa Babirusa

  6. Balaenoptera musculus Paus biru

  7. Balaenoptera physalus Paus bersirip

  8. Bos sondaicus Banteng

  9. Capricornis sumatrensis Kambing Sumatera

  10. Cervus kuhli; Axis kuhli Rusa Bawean

  11. Cervus spp. Menjangan, Rusa sambar (semua jenis dari genus Cervus)

  12. Cetacea Paus (semua jenis dari famili Cetacea)

  13. Cuon alpinus Ajag

  14. Cynocephalus variegatus Kubung, Tando, Walangkekes

  15. Cynogale bennetti Musang air

  16. Cynopithecus niger Monyet hitam Sulawesi

  17. Dendrolagus spp. Kanguru pohon (semua jenis dari genus Dendrolagus)

  18. Dicerorhinus sumatrensis Badak Sumatera

  19. Dolphinidae Lumba-lumba air laut (semua jenis dari famili Dolphinidae)

  20. Dugong dugon Duyung

  21. Elephas indicus Gajah

  22. Felis badia Kucing merah

  23. Felis bengalensis Kucing hutan, Meong congkok

  24. Felis marmorota Kuwuk

  25. Felis planiceps Kucing dampak

  26. Felis temmincki Kucing emas

  27. Felis viverrinus Kucing bakau

  28. Helarctos malayanus Beruang madu

  29. Hylobatidae Owa, Kera tak berbuntut (semua jenis dari famili Hylobatidae)

  30. Hystrix brachyura Landak

  31. Iomys horsfieldi Bajing terbang ekor merah

  32. Lariscus hosei Bajing tanah bergaris

  33. Lariscus insignis Bajing tanah, Tupai tanah

  34. Lutra lutra Lutra

  35. Lutra sumatrana Lutra Sumatera

  36. Macaca brunnescens Monyet Sulawesi

  37. Macaca maura Monyet Sulawesi

  38. Macaca pagensis Bokoi, Beruk Mentawai

  39. Macaca tonkeana Monyet jambul

  40. Macrogalidea musschenbroeki Musang Sulawesi

  41. Manis javanica Trenggiling, Peusing

  42. Megaptera novaeangliae Paus bongkok

  43. Muntiacus muntjak Kidang, Muncak

  44. Mydaus javanensis Sigung

  45. Nasalis larvatus Kahau, Bekantan

  46. Neofelis nebulusa Harimau dahan

  47. Nesolagus netscheri Kelinci Sumatera

  48. Nycticebus coucang Malu-malu

  49. Orcaella brevirostris Lumba-lumba air tawar, Pesut

  50. Panthera pardus Macan kumbang, Macan tutul

  51. Panthera tigris sondaica Harimau Jawa

  52. Panthera tigris sumatrae Harimau Sumatera

  53. Petaurista elegans Cukbo, Bajing terbang

  54. Phalanger spp. Kuskus (semua jenis dari genus Phalanger)

  55. Pongo pygmaeus Orang utan, Mawas

  56. Presbitys frontata Lutung dahi putih

  57. Presbitys rubicunda Lutung merah, Kelasi

  58. Presbitys aygula Surili

  59. Presbitys potenziani Joja, Lutung Mentawai

  60. Presbitys thomasi Rungka

  61. Prionodon linsang Musang congkok

  62. Prochidna bruijni Landak Irian, Landak semut

  63. Ratufa bicolor Jelarang

  64. Rhinoceros sondaicus Badak Jawa

  65. Simias concolor Simpei Mentawai

  66. Tapirus indicus Tapir, Cipan, Tenuk

  67. Tarsius spp. Binatang hantu, Singapuar (semua jenis dari genus Tarsius)

  68. Thylogale spp. Kanguru tanah (semua jenis dari genus Thylogale)

  69. Tragulus spp. Kancil, Pelanduk, Napu (semua jenis dari genus Tragulus)

  70. Ziphiidae Lumba-lumba air laut (semua jenis dari famili Ziphiidae)

II. AVES (Burung)
  1. Accipitridae Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili Accipitridae)

  2. Aethopyga exima Jantingan gunung

  3. Aethopyga duyvenbodei Burung madu Sangihe

  4. Alcedinidae Burung udang, Raja udang (semua jenis dari famili Alcedinidae)

  5. Alcippe pyrrhoptera Brencet wergan

  6. Anhinga melanogaster Pecuk ular

  7. Aramidopsis plateni Mandar Sulawesi

  8. Argusianus argus Kuau

  9. Bubulcus ibis Kuntul, Bangau putih

  10. Bucerotidae Julang, Enggang, Rangkong, Kangkareng (semua jenis dari famili Bucerotidae)

  11. Cacatua galerita Kakatua putih besar jambul kuning

  12. Cacatua goffini Kakatua gofin

  13. Cacatua moluccensis Kakatua Seram

  14. Cacatua sulphurea Kakatua kecil jambul kuning

  15. Cairina scutulata Itik liar

  16. Caloenas nicobarica Junai, Burung mas, Minata

  17. Casuarius bennetti Kasuari kecil

  18. Casuarius casuarius Kasuari

  19. 89 Casuarius unappenddiculatus Kasuari gelambir satu, Kasuari leher kuning

  20. Ciconia episcopus Bangau hitam, Sandanglawe

  21. Colluricincla megarhyncha Burung sohabe coklat

  22. Crocias albonotatus Burung matahari

  23. Ducula whartoni Pergam raja

  24. Egretta sacra Kuntul karang

  25. Egretta spp. Kuntul, Bangau putih (semua jenis dari genus Egretta)

  26. Elanus caerulleus Alap-alap putih, Alap-alap tikus

  27. Elanus hypoleucus Alap-alap putih, Alap-alap tikus

  28. Eos histrio Nuri Sangir

  29. Esacus magnirostris Wili-wili, Uar, Bebek laut

  30. Eutrichomyias rowleyi Seriwang Sangihe

  31. Falconidae Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili Falconidae)

  32. Fregeta andrewsi Burung gunting, Bintayung

  33. Garrulax rufifrons Burung kuda

  34. Goura spp. Burung dara mahkota, Burung titi, Mambruk (semua jenis dari genus Goura)

  35. Gracula religiosa mertensi Beo Flores

  36. Gracula religiosa robusta Beo Nias

  37. Gracula religiosa venerata Beo Sumbawa

  38. Grus spp. Jenjang (semua jenis dari genus Grus)

  39. Himantopus himantopus Trulek lidi, Lilimo

  40. Ibis cinereus Bluwok, Walangkadak

  41. Ibis leucocephala Bluwok berwarna

  42. Lorius roratus Bayan

  43. Leptoptilos javanicus Marabu, Bangau tongtong

  44. Leucopsar rothschildi Jalak Bali

  45. Limnodromus semipalmatus Blekek Asia

  46. Lophozosterops javanica Burung kacamata leher abu-abu

  47. Lophura bulweri Beleang ekor putih

  48. Loriculus catamene Serindit Sangihe

  49. Loriculus exilis Serindit Sulawesi

  50. Lorius domicellus Nori merah kepala hitam

  51. Macrocephalon maleo Burung maleo

  52. Megalaima armillaris Cangcarang

  53. Megalaima corvina Haruku, Ketuk-ketuk

  54. Megalaima javensis Tulung tumpuk, Bultok Jawa

  55. Megapoddidae Maleo, Burung gosong (semua jenis dari famili Megapododae)

  56. Megapodius reintwardtii Burung gosong

  57. Meliphagidae Burung sesap, Pengisap madu (semua jenis dari famili Meliphagidae)

  58. Musciscapa ruecki Burung kipas biru

  59. Mycteria cinerea Bangau putih susu, Bluwok

  60. Nectariniidae Burung madu, Jantingan, Klaces (semua jenis dari famili Nectariniidae)

  61. Numenius spp. Gagajahan (semua jenis dari genus Numenius)

  62. Nycticorax caledonicus Kowak merah

  63. Otus migicus beccarii Burung hantu Biak

  64. Pandionidae Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili Pandionidae)

  65. Paradiseidae Burung cendrawasih (semua jenis dari famili Paradiseidae)

  66. Pavo muticus Burung merak

  67. Pelecanidae Gangsa laut (semua jenis dari famili Pelecanidae)

  68. Pittidae Burung paok, Burung cacing (semua jenis dari famili Pittidae)

  69. Plegadis falcinellus Ibis hitam, Roko-roko

  70. Polyplectron malacense Merak kerdil

  71. Probosciger aterrimus Kakatua raja, Kakatua hitam

  72. Psaltria exilis Glatik kecil, Glatik gunung

  73. Pseudibis davisoni Ibis hitam punggung putih

  74. Psittrichas fulgidus Kasturi raja, Betet besar

  75. Ptilonorhynchidae Burung namdur, Burung dewata

  76. Rhipidura euryura Burung kipas perut putih, Kipas gunung

  77. Rhipidura javanica Burung kipas

  78. Rhipidura phoenicura Burung kipas ekor merah

  79. Satchyris grammiceps Burung tepus dada putih

  80. Satchyris melanothorax Burung tepus pipi perak

  81. Sterna zimmermanni Dara laut berjambul

  82. Sternidae Burung dara laut (semua jenis dari famili Sternidae)

  83. Sturnus melanopterus Jalak putih, Kaleng putih

  84. Sula abbotti Gangsa batu aboti

  85. Sula dactylatra Gangsa batu muka biru

  86. Sula leucogaster Gangsa batu

  87. Sula sula Gangsa batu kaki merah

  88. Tanygnathus sumatranus Nuri Sulawesi

  89. Threskiornis aethiopicus Ibis putih, Platuk besi

  90. Trichoglossus ornatus Kasturi Sulawesi

  91. Tringa guttifer Trinil tutul

  92. Trogonidae Kasumba, Suruku, Burung luntur

  93. Vanellus macropterus Trulek ekor putih

III. REPTILIA (Melata)
  1. Batagur baska Tuntong

  2. Caretta caretta Penyu tempayan

  3. Carettochelys insculpta Kura-kura Irian

  4. Chelodina novaeguineae Kura Irian leher panjang

  5. Chelonia mydas Penyu hijau

  6. Chitra indica Labi-labi besar

  7. Chlamydosaurus kingii Soa payung

  8. Chondropython viridis Sanca hijau

  9. Crocodylus novaeguineae Buaya air tawar Irian

  10. Crocodylus porosus Buaya muara

  11. Crocodylus siamensis Buaya siam

  12. Dermochelys coriacea Penyu belimbing

  13. Elseya novaeguineae Kura Irian leher pendek

  14. Eretmochelys imbricata Penyu sisik

  15. Gonychephalus dilophus Bunglon sisir

  16. Hydrasaurus amboinensis Soa-soa, Biawak Ambon, Biawak pohon

  17. Lepidochelys olivacea Penyu ridel

  18. Natator depressa Penyu pipih

  19. Orlitia borneensis Kura-kura gading

  20. Python molurus Sanca bodo

  21. Phyton timorensis Sanca Timor

  22. Tiliqua gigas Kadal Panan

  23. Tomistoma schlegelii Senyulong, Buaya sapit

  24. Varanus borneensis Biawak Kalimantan

  25. Varanus gouldi Biawak coklat

  26. Varanus indicus Biawak Maluku

  27. Varanus komodoensis Biawak komodo, Ora

  28. Varanus nebulosus Biawak abu-abu

  29. Varanus prasinus Biawak hijau

  30. Varanus timorensis Biawak Timor

  31. Varanus togianus Biawak Togian

IV. INSECTA (Serangga)
  1. Cethosia myrina Kupu bidadari

  2. Ornithoptera chimaera Kupu sayap burung peri

  3. Ornithoptera goliath Kupu sayap burung goliat

  4. Ornithoptera paradisea Kupu sayap burung surga

  5. Ornithoptera priamus Kupu sayap priamus

  6. Ornithoptera rotschldi Kupu burung rotsil

  7. Ornithoptera tithonus Kupu burung titon

  8. Trogonotera brookiana Kupu trogon

  9. Troides amphrysus Kupu raja

  10. Troides andromanche Kupu raja

  11. Troides criton Kupu raja

  12. Troides haliphron Kupu raja

  13. Troides helena Kupu raja

  14. Troides hypolitus Kupu raja

  15. Troides meoris Kupu raja

  16. Troides miranda Kupu raja

  17. Troides plato Kupu raja

  18. Troides rhadamantus Kupu raja

  19. Troides riedeli Kupu raja

  20. Troides vandepolli Kupu raja

V. PISCES (Ikan)
  1. Homaloptera gymnogaster Selusur Maninjau

  2. Latimeria chalumnae Ikan raja laut

  3. Notopterus spp. Belida Jawa, Lopis Jawa (semua jenis dari genus Notopterus)

  4. Pritis spp. Pari Sentani, Hiu Sentani (semua jenis dari genus Pritis)

  5. Puntius microps Wader goa

  6. Scleropages formasus Peyang malaya, Tangkelasa

  7. Scleropages jardini Arowana Irian, Peyang Irian, Kaloso

VI. ANTHOZOA
  1. Anthiphates spp. Akar bahar, Koral hitam (semua jenis dari genus Anthiphates)

VII. BIVALVIA
  1. Birgus latro Ketam kelapa

  2. Cassis cornuta Kepala kambing

  3. Charonia tritonis Triton terompet

  4. Hippopus hippopus Kima tapak kuda, Kima kuku beruang

  5. Hippopus porcellanus Kima Cina

  6. Nautilus popillius Nautilus berongga

  7. Tachipleus gigas Ketam tapak kuda

  8. Tridacna crocea Kima kunia, Lubang

  9. Tridacna derasa Kima selatan

  10. Tridacna gigas Kima raksasa

  11. Tridacna maxima Kima kecil

  12. Tridacna squamosa Kima sisik, Kima seruling

  13. Trochus niloticus Troka, Susur bundar

  14. Turbo marmoratus Batu laga, Siput hijau

Ma Yize


Ketika Dinasti Song berkuasa pada abad ke-10 M, ternyata peradaban Islam telah turut berjasa dalam mengembangkan sains dan teknologi di Tiongkok. Selama ini, sejarah kerap menyebutkan ilmu pengetahuan dari dunia Islam berkembang di Cina pada masa kekuasaan Dinati Yuan ((1206-1279). Ternyata, sains Islam, terutama astronomi, telah memengaruhi peradaban Cina sejak zaman Dinasti Song. Hal itu sangat beralasan. Apalagi, di masa itu, dunia Islam—di Timur Tengah—sedang mencapai masa keemasannya. Isa Ziling Ma dalam tulisannya bertajuk Islamic Astronomy in China: Spread and Development menuturkan, astronomi Islam menyebar ke Cina pada era Dinasti Song (960-1127).
Sayangnya, papar Isa, bukti resmi yang mencatat peristiwa penyebaran sains Islam di Cina pada zaman itu nyaris tak ada. ‘’Sejarah secara detail baru mencatat penyebaran astronomi Islam ke Cina pada era Dinasti Yuan,’‘ ungkap Isa. Penyebaran astronomi Islam di Tiongkok ternyata memang telah berlangsung pada era kekuasaan Dinasti Song. Fakta itu terkuak setelah seorang ilmuwan Taiwan bernama Pof Luo Xianglin pada 1968 menemukan sebuah buku berjudul The Huai Ning Ma Family Tree di Perpustakaan Studi Asia Timur, Columbia University, AS. Prof Luo menemukan fakta bahwa astronomi Islam memang telah berkembang di Cina pada masa Dinasti Song. Penyebar astronomi Islam di Cina, menurut Prof Luo, adalah Ma Yize. Buku The Huai Ning Ma Famili Tree itu menjelaskan silsilah klan Ma Yize.
Menurut buku itu, Ma Yize adalah astronom terkemuka di Cina. Ia terlahir di Rumi pada Rabiul Awal 308 H. Ia datang ke Cina pada usia 40 tahun. Pada zaman itu, penguasa Dinasti Song sangat tertarik pada sains. Kaisar Taizu (berkuasa 950- 976) begitu mengagumi studi astronomi yang telah berkembang sangat pesat di dunia Islam. Sang Kaisar pun berupaya keras untuk mengembangkan ilmu yang menguak rahasia langit itu. Pada 961 M, Kaisar Taizu kemudian menunjuk seorang ilmuwan bernama Ma Yize untuk mengembangkan astronomi di Cina. Ma Yize adalah astronom dan astrolog Muslim yang sangat termasyhur di zaman itu. Berdasarkan versi lain, Ma Yize merupakan ilmuwan berdarah Arab.
Konon, nenek moyangnya berasal dari Semenajung Arab, yakni wilayah perbatasan antara Yaman dan Oman. Karier pertamanya di bidang astronomi dimulai dengan membantu Wang Chuna mengumpulkan beberapa karya astrologi, termasuk Yingtianli—sebuah kalender. Ia mengembangkan astronomi dan mengamati alam semesta dengan metode Islam. Berbagai temuan Ma Yize dalam astronomi dan astrologi kemudian dikumpulkan Wang Chuna dalam Yingtianli. Pembuatan karya besar yang dilakukan dua astronom kenamaan Dinasti Song itu tuntas pada 963 M. Pengaruh astronomi Islam begitu banyak diserap dalam Yingtianli. Penghitungan seminggu tujuh hari yang dipakai kalender Cina itu menggunakan sistem kalender Islam. Kehebatan Ma Yize dalam bidang astronomi membuat Kaisar Taizu mendapuknya sebagai pejabat kepala observatorium astronomi Dinasti Song.
Popularitas Ma Yize di masa kekuasaan Dinasti Song pun kian moncer. Tak ada astronom di Cina yang mampu menandingi ketenarannya saat itu. Berkat prestasinya yang gemilang dalam memimpin observatorium astronomi, Ma Yize pun kemudian dianugerahi gelar bangsawan. Salah satu jasa Ma Yize bagi astronomi di negeri Tiongkok adalah memperkenalkan matematika astronomi Islam. Sang astronom Muslim pun menyebarkan pemikiran astronom Muslim dari peradaban Islam di Timur Tengah. Sederet kitab astronomi Islam diterjemahkannya ke dalam bahasa Cina. Kitab-kitab yang memengaruhi dunia astronomi Cina itu, antara lain Kitab al-Zij karya Abu Abdullah Al-Battani, Kitab al-Zij al-Sabi, Kitab Matali’ al-Buruj; serta Kitab Aqdar al- Ittisalat. Kitab astronomi yang dialihbahasakan Ma Yize itu merupakan hasil karya astronom Muslim, seperti Muhammad Al-Fazari, Al-Battani, Al- Biruni, As-Shufi (Azhopi), Al- Khawarizmi, Al-Farghani, dan lain-lain.
Kemungkinan Ma telah dipengaruhi oleh Al-Battani dan Al-Hamdani,” kata Prof Fung Kam Wing, seorang guru besar pada University of Hong Kong. Faktanya, Ma Yize memang banyak menerjemahkan karya astronomi kedua ilmuwan Muslim tersebut. Jasanya bagi pengembangan astronomi modern di Cina sungguh tak ternilai. Boleh dibilang, Ma Yize adalah salah seorang pelopor sekaligus peletak pondasi ilmu astronomi modern di Cina. Berkat kontribusinya yang tak ternilai dalam mengembangkan astronomi dan astrologi, para penguasa Cina pun menempatkan keturunan Ma Yize sebagai kaum bangsawan. Setelah wafat pada 1005 M, jejak Ma Yize dalam mengembangkan astronomi di Cina dilanjutkan anak dan cucunya. Menurut catatan Huai Ning Ma Family Tree, Ma Yize memiliki tiga anak. Yang tertua bernama Ma Er atau Mail yang berasal dari singkatan Ismail. Setelah usia Ma Yize semakin sepuh, Ma Er kemudian menggantikan posisi ayahnya sebagai ketua pengelola observatorium.
Menurut Isa, putra keduanya bernama Ma Huai dan yang bungsu bernama Ma Yi. Mereka juga turut mengembangkan ilmu astronomi di Cina. Selain menjadi penguasa dan pejabat di observarotium, mereka juga diposisikan sebagai kaum bangsawan. Inilah salah satu bukti bahwa umat Islam telah turut berjasa besar dalam membangun peradaban Cina. Di era kekuasaan Dinasti Song, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Para penguasa dinasti itu meniru para khalifah di dunia Islam yang mendukung berkembangnya pengetahuan dan teknologi. Selain memiliki astronom terkemuka Ma Yize, Dinasti Song pun punya seorang insinyur yang sangat kondang bernama Su Song.
Pada masa kekuasaan Dinasti Song, peradaban Cina telah mengembangkan senjata dan bubuk mesiu. Selain itu, di masa kejayaan Dinasti Song, peradaban Islam pun turun mengembangkan ilmu pengetahuan lainnya, seperti teknik sipil, nautika, dan metalurgi. Pengaruh peradaban Islam dalam sains di Cina lebih pesat berkembang pada era kekuasaan Dinasti Yuan. Peran dan jasa Ma Yize bagi pengembangan astronomi di Cina memang kurang terdengar gaungnya.Meski begitu, peradaban Cina telah berutang pada Ma Yize atas perannya mengembangkan astronomi modern di negeri itu. (desy susilawati/hri)
Kontribusi Islam di Era Dinasti Song
Peradaban Islam di era Dinasti Song tak hanya berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama astronomi. Pada zaman itu, umat Muslim di Cina juga telah menguasai bidang ekonomi dan perdagangan. Kehadiran Muslim di negeri Tiongkok pada abad ke-10 M telah memperkuat dan memberi pengaruh yang besar bagi perekonomian Dinasti Song. Selama Dinasti Song berkuasa (960- 1279), Muslim di Cina mendominasi perdagangan luar negeri. Aktivitas impor dan ekspor ke Selatan dan Barat sepenuhnya dikuasai oleh para saudagar Muslim. Di zaman itu, pelabuhan dan pusat perdagangan tertua di Cina, Guangzhou, dikuasai para pebisnis Muslim. Fenomena itu, hingga abad ke 21 M, masih terjadi.
Dinasti Song pun mulai melakukan transfer pengetahuan dan teknologi dari dunia Islam. Di bidang kedokteran, peradaban Cina di era dinasti ini banyak mengambil ilmu-ilmu medis yang dikembangkan Ibnu Sina lewat kitabnya yang terkenal Canon of Medicine. Pemikiran dan temuan Ibnu Sina itu dituangkan dalam buku kedokteran resmi Dinasti Song. Peradaban Islam dan Cina mulai terajut dengan mesra. Seorang pendongeng asal Arab pun menceritakan kisah fantastik tentang Cina, yang kemudian dijadikan satu kisah 1001 Malam. Jumlah umat Islam di Cina bertambah banyak setelah tahun 1070, Kaisar Dinasti Song, Shen-tsung (Shenzhong), mendatangkan 5.300 pria asal Bukhara untuk memperkuat pasukannya melawan Kaisar Liao. Ribuan Muslim asal Bukhara itu lalu menetap di Yanjing—kini dikenal sebagai Beijing.
Pada tahun 1080 M, sekitar 10 ribu laki-laki dan wanita Muslim berimigrasi ke Cina dengan menumpang kuda. Mereka lalu menetap di hampir semua provinsi yang ada di Tiongkok, mulai dari utara hingga timur laut. Umat Muslim Bukhara makin mengua sai Cina di bawah kepemimpinan Pangeran Amir Sayyid atau “So-fei-er”. Tak heran, jika Amir Sayyid dianggap sebagai ayah dari komunitas Muslim di Cina. So Fei Er menamai Islam sebagai Huihui Jiao. Sebelumnya, penguasa Dinasti Tang dan Song menyebut Islam sebagai Dashi fa(aturan orang Arab). Umat Islam sudah banyak berjasa mengembangkan peradaban Cina. Tak hanya dalam sains dan teknologi, juga dalam budaya dan olahraga. Sumbangan penting yang diberikan peradaban Islam sejak Dinasti Tang dan Song berkuasa membuktikan bahwa agama Allah SWT ini bisa diterima setiap etnis, budaya, ras, dan bangsa. Sayangnya, penguasa Cina saat ini kurang memerhatikan sumbangan Islam. Salah satu buktinya, otoritas Komunis Cina hingga kini terus menindas Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang.

Ibnu Zuhr


” Bapak ilmu bedah eksperimental’‘ begitulah Ibnu Zuhr kerap dijuluki. Menurut Abdel-Halim (2005) dalam tulisannya bertajuk Contributions of Ibn Zuhr (Avenzoar) to the progress of surgery: A study and translations from his book Al-Taisir, dokter Muslim kelahiran Seville, Spanyol Islam, itu dianggap telah berjasa memperkenalkan metode eksperimental dalam ilmu bedah.
Sang dokter pun tercatat sebagai dokter perintis yang memperkenalkan metode bedah manusia dan autopsi. ‘’Ibnu Zuhr adalah penemu prosedur bedah tracheotomy (leher),’‘ papar  Abdel-Halim. Dokter terkemuka padaera kejayaan Islam di Spanyol itu juga berhasil mengungkap misteri penyebab kudis dan radang. Dialah dokter pertama yang meyakinkan eksistensi parasit lewat parasitologi.
Berkat sederet pencapaian yang berhasil ditorehkannya itu, para sejarawan sains pun menabalkan Ibnu Zuhr sebagai dokter Muslim terhebat di zaman keemasan Islam. Ia dianggap mampu melampaui prestasi yang dicapai dokter-dokter Muslim lainnya di dunia Islam. Ibnu Zuhr memosisikan dirinya sebagai seorang dokter spesialis yang fokus pada satu bidang kedokteran. Padahal, kala itu tenaga medis Muslim lebih memilih berpraktik sebagai dokter umum. Itulah yang menyebabkan Ibnu Zuhr mampu memproduksi karya-karya yang tetap termasyhur hingga era milenium baru.
Terobosan dan temuan penting yang berhasil dicapainya dalam ilmu kedokteran itu dituliskannya dalam sebuah buku monumental berjudul Kitab al-Taisir fi al-Mudawat wa al-Tadbir (Book of Simplification concerning Therapeutics and Diet).
Kitab itu ditulis atas permintaan Ibnu Rushd alias Averroes. Inilah masterpiece yang dihasilkan Ibnu Zuhr. Dalam Kitab al-Taisir, Ibnu Zuhr memaparkan sederet kontribusi penting yang dihasilkannya dalam ilmu kedokteran. Buku itu mengupas beragam penyakit dan cara penyembuhannya. Ia juga menulis Kitab al-Iqtisad fi Islah al-Anfus wa al-Ajsad (Book of the Middle Course concerning the Reformation of Souls and the Bodies). Kitab itu berisi rangkuman beraneka jenis penyakit, pengobatan, dan pencegahannya. Buku itu pun dipandang sangat bernilai tinggi karena di dalamnya mengupas dan membahas kajian psikologi.
Ibnu Zuhr juga menekankan pentingnya menjaga kesehatan dengan asupan gizi yang baik dan seimbang. Buah pikirannya itu dituliskannya dalam Kitab al-Aghthiya (Buku mengenai Bahan Makanan). Di buku itu, Ibnu Zuhr memerinci dan menjelaskan aneka jenis makanan dan obat-obatan serta dampaknya bagi kesehatan.
Pemikiran dan penemuan yang berhasil diciptakannya begitu berpengaruh, baik di dunia kedokteran Barat maupun Timur selama beberapa abad. Buah pikir sang dokter itu lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Yahudi (Hebrew). Buku-buku yang ditulis Ibnu Zuhr itu masih populer dan menjadi rujukan sekolah kedokteran di Eropa hingga abad ke-18 M.
Sebagai perintis ilmu bedah eksperimental, Avenzoar—julukan Ibnu Zuhr—merupakan dokter pertama yang memanfaatkan binatang sebagai ‘kelinci percobaan’. Untuk bedah tracheotomy, misalnya, Ibnu Zuhr menyempurnakan prosedur bedahnya melalui uji coba pada seekor kambing. Ibnu Zuhr juga sempat melakukan percobaan pada seekor biri-biri ketika menangani penyakit paru-paru.
‘’Dia merupakan pendiri ilmu bedah yang independen dari bidang kedokteran,’‘ cetus Abdel-Halim. Secara khusus, dokter Muslim legendaris dari abad ke12 M itu memperkenalkan sebuah pusat pelatihan khusus bagi para calon dokter ahli bedah di masa depan. Menurut Ibnu Zuhr, tak sembarang dokter bisa melakukan operasi atau bedah. Hanya dokter yang memenuhi syaratlah yang boleh melakukan operasi.
Selain berjasa dalam bidang ilmu bedah eksperimental, Ibnu Zuhr turut berkontribusi dalam mengembangkan anatomi, fisiologi, etiologi, dan parasitologi.  Ia adalah seorang dokter yangbrilian. Ibnu Zuhr kerap mengkritisi berbagai karya kedokteran yang terdahulu, termasuk Kitab Qanun fi al-tib karya Ibnu Sina. Sang dokter legendaris ini pun membenarkan adanya darah dalam tubuh.
Ibnu Zuhr juga merupakan dokter pertama yang mendirikan etiologi atau ilmu dalam kedokteran yang membahas penyebab dan asal mula penyakit. Etiologi dirintisnya saat meneliti penyakit radang telinga. Ia pun berperan dalam pengembangan ilmu anestesi.
Berkat jasa Ibnu Zuhr dan Abu Al-Qasim Al-Zahrawi, Spanyol Islam tetap dikenal sebagai pengembang anestesi modern.Kontribusi penting lainnya yang diwariskan Ibnu Zuhr bagi ilmu kedokteran modern adalah dalam bidang neurologi dan neurofarmakologi. Martin-Araguz dkk (2002) dalam bukunya bertajuk Neuroscience in al- Andalus and its influence on medievalscholastic medicine, mengungkapkan bahwa Ibnu Zuhr adalah dokter pertama yang menjelaskan gangguan pada syaraf, termasuk meningitis, intracranial thrombophlebitis, dan tumor.
Menurut Martin-Araguz, Ibnu Zuhr juga turut mengembangkan neurofarmakologi modern. Ia tercatat dalam sejarah kedokteran sebagai dokter perintis yang menulis pharmacopoeia (buku daftar obat-obatan resmi). Sang dokter dari Spanyol Islam juga menerapkan sistem pengobatan dengan obat untuk menyembuhkan gejala dan penyakit tertentu.
Ibnu Zuhr dikenal sebagai dokter yang unik. Ia mengembangkan ilmu kedokteran yang berbasis pada riset dan percobaan ilmiah. Berkat sistem yang dikembangkannya itu, Ibnu Zuhr mampu menemukan beberapa penyakit yang tak diketahui sebelumnya, seperti penyakit paru-paru. Yang lebih memukau lagi, Ibnu Zuhr merupakan dokter yang menggunakan jarum suntik untuk memberikan makanan buatan bagi pasiennya.
Studi penyakit lingkungan juga sangat menarik minat dan perhatiannya. Ketika wabah penyakit melanda kota Marrakech, Ibnu Zuhr turun langsung ke lapangan melakukan penelitian dan memberikan pertolongan. Ia merupakan dokter perintis dalam berbagai hal. Dalam mengembangkan sesuatu yang baru dalam ilmu kedokteran, Ibnu Zuhr selalu tampil sebagai penemu.
Sang dokter dari Spanyol Islam itu lagi-lagi tercatat sebagai yang pertama berhasil mengungkapkan nilai gizi yang terkandung dalam madu. Terobosan demi terobosan yang berhasil dikembangkannya membuat dokter-dokter lainnya kagum. Ibnu Rushd dalam bukunya Al-Kuliyat menyebut Ibnu Zuhr sebagai dokter terbesar setelah Galen. Dunia kedokteran sungguh telah banyak berutang budi dan pantas berterima kasih atas jasa dan kontribusi Ibnu Zuhr.

Ibnu Jazla


Perkembangan ilmu kedokteran memantik kemunculan sosok dokter mumpuni. Demikian pula di dunia Islam. Silih berganti sosok dokter yang sangat menguasai ilmunya muncul dan meninggalkan jejak keilmuan yang diakui banyak kalangan.
Bahkan, pengaruh karya-karya mereka menembus batas-batas wilayah. Sebab, banyak di antara karya mereka yang menjadi rujukan dan kemudian diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Salah satu sosok ternama itu adalah Abu Ali Yahya ibn Isa Ibn Jazla Al Baghdadi.
Namun, ia lebih dikenal dengan nama Ibn Jazla atau Buhahylyha Bingezla dalam bahasa Latin. Jazla merupakan salah satu dokter ternama di Baghdad, Irak, yang hidup pada abad ke-11. Semula, ia adalah pemeluk Kristen Nestor. Namun, pada akhirnya, ia memutuskan menanggalkan keyakinannya itu dan memilih Islam sebagai keyakinan hidupnya pada 1074 Masehi.
Langkah ini ditempuh Jazla setelah ia menjalin interaksi dengan gurunya yang bernama Mu’tazili Abu-Ali Ibn al-Walid. Selain memahami benar ilmu kedokteran, ia menuliskan semua pemahamannya itu ke dalam sejumlah karya yang akhirnya membuat namanya kian berkibar.
Paling tidak, ada tiga karya Jazla yang memiliki pengaruh besar dalam bidang kedokteran. Tak hanya di Baghdad, tetapi juga melintas ke wilayah dan negara lain. Ia menulis Taqwim al-Abdan fi Tadbir al-Insan. Buku ini diterjemahkan dalam bahasa Latin.
Tak heran jika buku ini dikenal dengan nama lain, Dispositio Corporum de Constittutione Hominis, Tacuin Agritudinum. Melalui buku ini, Jazla menyusun tabel beragam penyakit. Ia menyusunnya seperti yang dilakukan astronom dalam menyusun nama bintang dalam tabel.
Daftar penyakit yang tersusun dalam sebuah tabel ini memudahkan orang mengelompokkan satu penyakit dengan penyakit lainnya. Terkait penyusunan tabel penyakit ini, ada kisah yang mengungkapkan bahwa Jazla merupakan salah satu dokter penguasa Eropa, Charlemagne.
Bahkan, penyusunan tabel atau tacuin yang dilakukan Jazla itu atas dorongan Charlemagne. Namun, sejumlah ilmuwan membantah cerita tersebut dan menyebutnya sebagai cerita yang tak memiliki dasar sejarah. Sebab, Jazla lahir lebih dulu dibandingkan Charlemagne.
Pada masa berikutnya, tabel yang disusun Jazla ini diterjemahkan pula oleh seorang ilmuwan Yahudi bernama Faraj ben Salim. Versi Latin dari terjemahan tersebut diterbitkan pada 1532 Masehi. Ada pula terjemahannya dalam bahasa Jerman. Terjemahan dalam bahasa tersebut diterbitkan oleh Hans Schotte di Strasbourg pada 1533 Masehi.
Dalam Taqwim, Jazla tak hanya menyusun tabel penyakit, tetapi juga membuat tabel tanaman dan obat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit.

Ada 44 tabel yang menguraikan sebanyak 325 penyakit. Ia pun membubuhi penjelasan perinci mengenai penyebab dan gejala setiap penyakit. Jazla menyusun tabel penyakit, penyebab, dan gejalanya dalam satu halaman. Sedangkan, pada halaman yang berha -dapan dengan halaman tersebut, ia menjelaskan langkah yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut.
John Canning, yang memiliki manuskrip Taqwim karya Jazla tersebut, mengungkapkan, pada tabel 16, Jazla menjelaskan penyakit yang menyerang otak dan bagian-bagian mana saja yang biasanya didera penyakit. Ia melengkapinya dengan jenis obat yang bisa menyudahi penyakit itu.
Jazla juga menulis Al Minhaj fi Al Adwiah Al Murakkabah atau Metodologi Peracikan Obat. Karya ini pun memiliki pengaruh luas dalam bidang kedokteran dan pengaruhnya tak hanya dirasakan di Baghdad. Sebab, tulisan Jazla ini diterjemahkan oleh Jambolinus .
Dalam terjemahan Latin, karya ini dikenal dengan judul Cibis et Medicines Simplicibus. Seperti Taqwim, karya ini juga menorehkan pengaruh besar dalam ilmu kedokteran. Dua karya Jazla, yaitu Minhaj dan Taqwim, ia dedikasikan kepada Khalifah Abbasiyah, Al Muqtadi bi Amr Allah.
Menjelang akhir hayatnya, Jazla menulis sebuah risalah yang mengisahkan kehidupan pribadinya, terutama soal kehidupan spiritualnya, berjudul Al Radd ala al Nasara. Dalam risalah itu, ia menggambarkan keputusan nya untuk memeluk Islam.
Jazla menyatakan pujian terhadap Islam dan menjelaskan keunggulan ajaran tersebut. Di sisi lain, ia melayangkan kritiknya terhadap ajaran Kristen dan Yahudi. Selain mendapatkan reputasi melalui karya besarnya, ia terus berpraktik sebagai seorang dokter di wilayah Al Kharkh, Baghdad.
Dalam praktik, Jazla merupakan dokter bertangan dingin. Ia tenar karena sering mampu menyembuhkan penyakit yang diderita pasiennya. Tak heran bila ia memiliki banyak pasien. Para pasien silih berganti berdatangan ke tempat praktiknya di Al Kharkh, memercayakan penanganan penyakit yang dideritanya kepada Jazla.
Perilaku Jazla kerap pula menjadi buah bibir. Sebab, ia sering mengobati tetangga dan teman-temannya tanpa menarik bayaran. Ia seorang dermawan. Setelah melintasi masa, ia mengembuskan napas terakhir pada 1100 Masehi. Saat itu, ia berada di bawah perlindungan Abu `Ali ibn Al-Walid Al-Maghribi. ed: ferry

Jazla dan Perkembangan Ilmu Kedokteran
Persentuhan Ibn Jazla dengan bidang kedokteran tak lepas dari berkembang pesatnya tradisi ilmu pengetahuan di dunia Islam. Setelah berdirinya Dinasti Abbasiyah pada abad ke-8 yang berpusat di Kota Baghdad, kota tersebut menggeliat sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Khalifah Harun Al Rasyid mendorong penerjemahan teks-teks medis, terutama dari Yunani ke dalam bahasa Arab. Ini memperkaya perkembangan ilmu pengetahuan di Baghdad, termasuk bagi Ibn Jazla, dalam mengembangkan kariernya sebagai dokter dan menulis karyanya.
Menurut pakar sejarah tentang pengaruh Islam di Eropa, Profesor Charles Burnett, dari Warburg Institute, University of London, pada akhir abad ke-10 teks-teks Yunani mengalami percampuran dengan ilmu-ilmu yang lahir di dunia Islam.
Pada masa selanjutnya, ilmu yang dikembangkan di dunia Islam memberikan pengaruhnya tak hanya di wilayah sendiri, tetapi juga ke Barat. Dokter-dokter Muslim mampu mengembangkan secara mandiri ilmu pengetahuan kedokterannya.
Bahkan, mereka melontarkan ba nyak ide yang sama sekali baru dan ori sinal. Buktinya, Jazla menuliskan karya-karya yang kemudian diterje mah kan ke bahasa Latin. Pada abad ke-11, ujar Burnett, perkembangan ilmu ke dok teran tak hanya berkutat di Baghdad.
Namun, ilmu kedokteran juga tumbuh pesat di Kairouan, Tunisia. Di sana, ada Constantine the African yang mulai melakukan perjalanan ke Sisilia dan Salerno, Italia. Di Italia, untuk pertama kalinya, Constantine the African memperkenalkan pengobatan Arab ke Barat.
Apa yang diajarkan oleh Constantine menggantikan teks-teks Yunani yang sebelumnya menjadi rujukan. Ia telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan pengobatan di Italia. Bahkan, pengaruh ini berlangsung begitu lama.
Di Inggris, misalnya, pada awal abad ke-18, muncul ketertarikan terhadap praktik pengobatan yang berkembang di Timur. Salah satunya adalah praktik inokulasi yang digunakan untuk mengatasi penyakit cacar.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More